Washington DC,
Ketika seseorang sedang fokus, hal-hal kecil saja sudah bisa mengganggu. Tapi,
tahukah Anda bahwa distraksi berupa hal-hal yang terkesan sepele justru bisa
mengacaukan fokus dalam skala yang lebih besar.
Berdasarkan studi yang dilakukan peneliti si Brown University, hal-hal kecil justru mengalihkan perhatian yang lebih besar dibanding dengan gangguan besar. Awalnya, peneliti berasumsi bahwa semakin besar gangguan, semakin besar fokus teralihkan. Namun hasilnya justru bertolak belakang.
Para peneliti menerbitkan temuan mereka di jurnal Current Biology. "Ini adalah penemuan baru, kami telah berhasil menemukan sebuah fenomena baru," ujar Joo Hyun Song, asisten profesor Departemen Kognitif, LInguistik, dan Psikologi, seperti dikutip dari Medical Daily.
Berdasarkan studi yang dilakukan peneliti si Brown University, hal-hal kecil justru mengalihkan perhatian yang lebih besar dibanding dengan gangguan besar. Awalnya, peneliti berasumsi bahwa semakin besar gangguan, semakin besar fokus teralihkan. Namun hasilnya justru bertolak belakang.
Para peneliti menerbitkan temuan mereka di jurnal Current Biology. "Ini adalah penemuan baru, kami telah berhasil menemukan sebuah fenomena baru," ujar Joo Hyun Song, asisten profesor Departemen Kognitif, LInguistik, dan Psikologi, seperti dikutip dari Medical Daily.
Penelitian dilakukan
menggunakan program komputer dengan perangkat yang melacak gerakan jari selama
peserta melakukan permainan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa
besar tindakan seseorang ketika fokusnya teralihkan oleh gangguan.
Melalui percobaan ini, peneliti menemukan bahwa ketika diberikan gangguan kecil, jari seseorang akan cenderung menyimpang ke arah gangguan kecil daripada yang lebih besar. Lebih lanjut para peneliti menyimpulkan bahwa gangguan yang lebih besar cenderung memengaruhi persepsi seseorang tentang suatu hal.
Sebaliknya, gangguan kecil memiliki efek lebih besar dalam menghambat tindakan seseorang. Hipotesis lain yang diungkapkan tim peneliti adalah otak manusia memiliki mekanisme yang mengatur berjalannya aktivitas dengan memfilter gangguan besar.
Namun, tampaknya filter ini tidak bekerja pada gangguan yang lebih kecil karena gangguan ini menyelinap ke dalam celah otak. Gangguan kecil justru membuat otak lebih lama mendeteksi dan mengidentifikasi. Sejalan dengan teori ini, para peneliti percaya bahwa otak tidak bisa menangani setiap stimulus yang diterima, dan hanya mengutamakan gangguan terbesar.
Melalui percobaan ini, peneliti menemukan bahwa ketika diberikan gangguan kecil, jari seseorang akan cenderung menyimpang ke arah gangguan kecil daripada yang lebih besar. Lebih lanjut para peneliti menyimpulkan bahwa gangguan yang lebih besar cenderung memengaruhi persepsi seseorang tentang suatu hal.
Sebaliknya, gangguan kecil memiliki efek lebih besar dalam menghambat tindakan seseorang. Hipotesis lain yang diungkapkan tim peneliti adalah otak manusia memiliki mekanisme yang mengatur berjalannya aktivitas dengan memfilter gangguan besar.
Namun, tampaknya filter ini tidak bekerja pada gangguan yang lebih kecil karena gangguan ini menyelinap ke dalam celah otak. Gangguan kecil justru membuat otak lebih lama mendeteksi dan mengidentifikasi. Sejalan dengan teori ini, para peneliti percaya bahwa otak tidak bisa menangani setiap stimulus yang diterima, dan hanya mengutamakan gangguan terbesar.